Minggu, 03 April 2011
Pertanyaan, “Sebagian orang mengakhiri namanya dengan embel-embel assalafy atau al atsary. Apakah tindakan ini termasuk memuji diri sendiri ataukah malah sejalan dengan syariat?”

Jawaban Syaikh Shalih al Fauzan, “Yang menjadi kewajiban setiap orang adalah mengikuti kebenaran (baca: manhaj salafy). Yang diperintahkan atas setiap orang adalah mencari kebenaran lalu mengamalkannya.

Adapun menamai diri sendiri dengan embel-embel assalafy atau al atsary atau semisal itu maka itu adalah tindakan yang tidak perlu dilakukan. Allah mengetahui realita senyatanya dari kondisi seseorang.

Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah apakah kalian hendak memberi tahu Allah tentang ketaatan kalian. Dan Allah itu mengetahui semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dan Allah itu mengetahui segala sesuatu” [QS al Hujurat:16].

Memberi embel-embel assalafy, al atsary atau semisalnya di belakang nama seseorang adalah perbuatan yang tidak berdasar. Kita melihat realita senyatanya, bukan pengakuan, embel-embel dan klaim.


Boleh jadi ada orang yang mengaku-aku dirinya sebagai salafy padahal dia bukanlah salafy atau mengaku-aku atsary padahal bukan atsary. Boleh jadi ada seorang yang benar-benar salafy dan atsary namun dia tidaklah menyebut-nyebut dirinya sebagai atsary atau pun salafy.

Yang jadi tolak ukur adalah realita senyatanya, bukan semata-mata klaim. Menjadi kewajiban setiap muslim untuk beradab kepada Allah.

Tatkala orang-orang arab badui mengatakan, “Kami telah beriman” Allah menegur mereka dengan firman-Nya yang artinya, ”Orang-orang badui mengatakan, ”Kami telah beriman”. Katakanlah kalian belum beriman akan tetapi katakanlah kami telah berislam” [QS al Hujurat:14].

Allah menegur mereka karena mereka memberi label iman kepada diri mereka sendiri karena salah pahal dengan status mereka yang telah masuk ke dalam Islam padahal mereka belum sampai level tersebut

Orang-orang badui yang baru saja datang dari perkampungan nomaden mengklaim bahwa diri mereka adalah orang-orang yang beriman. Ini tentu saja tidak benar. Mereka baru saja berislam alias baru saja masuk Islam. Jika mereka terus berislam dan mau terus mengkaji maka iman akan masuk ke dalam hati mereka sedikit demi sedikit.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan iman itu belum masuk ke dalam hati kalian” [QS al Hujurat:14]. Kata-kata lamma yang kita terjemahkan dengan ’belum’ adalah kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan akan terwujudnya apa yang diharapkan. Artinya iman akan masuk ke dalam hati mereka. Akan tetapi tiba-tiba anda mengklaim diri anda sebagai orang yang beriman maka ini termasuk memuji diri sendiri yang merupakan perbuatan terlarang.

Tidak perlu anda mengatakan ‘Saya salafy, Saya atsary’, saya demikian atau demikian. Kewajiban anda adalah mencari kebenaran lalu mengamalkannya. Perbaikilah niat dan Allah itu yang mengetahui hakekat senyatanya”.

Sumber:

http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=15967

Catatan:

Hendaknya hati kita berlapang dengan perbedaan di antara para ulama.

Jangan jadikan ijtihad seorang ulama ahli sunnah sebagai manhaj salaf sehingga tidak menerima diskusi dan kritik

Artikel www.ustadzaris.com

Fauziah Husnaa

Masih perlu banyak belajar. Belajar apa saja. Hampir selesai KKN-PPL dan sedang akan mengajukan judul skripsi. Sangat suka dengan desain dan kartun... Masih aktif sebagai mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta.

0 terbaik

Thanks For Reading and visiting....
Please Leave Your Comment ^____^