SOSOK DI BALIK KESUKSESAN SEORANG BJ HABIBIE
Judul Film : Habibie & Ainun
Sutradara : Faozan Rizal
Produser :
Dhamoo Punjabi
Manoj Punjabi
Penulis :
Ginatri S. Noer
Ifan Adriansyah Ismail
Pemeran :
Reza Rahardian
Bunga Citra Lestari
Musik :
Andi Rianto
Studio :
MD Pictures
Distribusi : MD Pictures
Tanggal rilis : 20 Desember 2012
Lokasi :
Jakarta
Durasi :
118 menit
Negara
: Indonesia
Bahasa :
Bahasa Indonesia
Bahasa Jerman
[RESENSI DESKRIPTIF EVALUATIF]
Jika Shakespeare fenomenal karena
karya percintaannya, Romeo dan Juliet, maka sutradara Faozan Rizal mencoba
mengisahkan perjalanan cinta dahsyat yang sama ke dalam sebuah film yang
berdurasi 118 menit yaitu perjalanan cinta dari salah satu Presiden RI yang
cinta tanah air, Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie, dengan almarhumah istrinya,
Ibu Ainun, yang tertulis dalam novel karya beliau, Habibie dan Ainun.
Sang sutradara, Faozan Rizal,
merupakan salah satu pembuat film
Indonesia yang mencintai media film. Sutradara kelahiran tahun 1973 yang
berasal dari Tegal, Jawa Tengah, ini juga bekerja sebagai aktor, penata
sinematografi dan mengajar di Fakultas Fotografi, Televisi dan Film Institut
Kesenian Jakarta. Karya-karya Faozan Rizal telah ditampilkan dalam berbagai
festival internasional seperti Singapore International Film Festival,
eKsperim[E]nto Film & Video Festival 2004 Filipina, Cinemanila
International Film Festival dan Emirates Film Competition.
Setting awal dimulai ketika Habibie
dan Ainun masih remaja, mereka memang bersekolah ditempat yang sama. Habibie yang
akhirnya melanjutkan kuliah di Jerman terpaksa harus pulang ke Indonesia karena
penyakit Tubercolosis yang dideritanya. Tapi dari situlah cerita cinta
Habibie&Ainun berlanjut. Habibie akhirnya dipertemukan kembali dengan Ainun
lewat kue yang harus diantarkannya ke rumah Ainun. Walaupun banyak anak pejabat
tinggi yang menyukai Ainun, tapi Ainun lebih memilih Habibie dan hidup bersama
dengannya.
Setelah
menikah, mereka pergi ke Jerman. Disana Habibie menyelesaikan studi S3-nya dan
berharap bisa kembali ke Indonesia untuk bisa membuat sebuah pesawat anak
bangsa seperti janji yang pernah diucapkan olehnya ketika sakit.
Sampai
akhirnya, Habibie memiliki kesempatan untuk bisa mewujudkan mimpinya. Ia di
beri kesempatan untuk membuat pesawat terbang dinegerinya sendiri. Setelah
menjadi wakil dirut IPTN, kemudian ia diangkat menjadi menteri, kemudian
menjadi wakil presiden dan akhirnya menjadi presiden menggantikan Soeharto yang
lengser dari jabatannya.
Setiap
kesuksesan pasti ada pengorbanan. Kesuksesan Habibie yang ingin mengabdikan
diri pada negara, berdampak pada keluarganya. Ia tak lagi sempat menghabiskan
waktu dengan keluarganya, bahkan untuk dirinya sendiri pun tidak. Tidur pun
hanya 1 jam setiap harinya.
Ketika
Habibie tak mencalonkan diri sebagai presiden di pemilu berikutnya, ia pun
kembali ke Jerman bersama dengan Ainun. Disana mereka hidup lebih tenang dan
damai. Tapi ketenangan dan kedamaian itu tak bertahan lama. Ainun yang divonis
menderita kanker ovarium stadium 4, memaksanya harus dirawat di rumah sakit dan
menjalankan operasi berkali-kali. Selama sakit, Habibie dengan setia merawat
Ainun dan menjaganya sampai Ainun menutup mata untuk selama-lamanya.
Kisah
perjalanan cinta Habibie dan Ainun ini mampu menarik perhatian jutaan
masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Ketika film ini dirilis pertama
kalinya, menjadi trendsetter di
kalangan masyarakat. Pada hari ketiga sejak penayangan perdana film ini, film
ini ditayangkan pada 241 layar film di Indonesia. Film yang mengisahkan
perjalanan hidup Bapak BJ Habibie ini sarat akan nilai-nilai kehidupan, baik
nasionalisme, ketulusan, sejarah toko besar bangsa Indonesia, pemikiran seorang
ilmuwan, motivasi hidup yang membara, maupun nilai sosial. Faozan berhasil
membawakan kisah ini dengan baik. Ia mampu menampilkan isi dari cerita yang
ditulis langsung oleh Bapak BJ Habibie ke dalam film. Aktor yang dipilihnya
yaitu Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari sangat cocok memerankan karakter
Habibie dan Ainun.
Ketika
proses pembuatan film ini, Bapak BJ Habibie sendiri juga memberikan saran
kepada sang sutradara. Pak Habibie melarang untuk menampilkan adegan ciuman
dalam film itu karena beliau menginginkan film ini bisa menjadi contoh film
yang berkarakter bangsa. Film ini sangat cocok untuk ditontonkan oleh semua
kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua. [FAUZIAH HUSNAA]
0 terbaik